Google AdSense
Home » » Bahasa Indonesia Dirusak Media Massa

Bahasa Indonesia Dirusak Media Massa

contoh iklan

Bahasa Indonesia Dirusak Media Massa
BAHASA Indonesia sebagai bahasa nasional dirusak atau digerogoti oleh berbagai lapisan masyarakat mulai pejabat hingga media massa.

"Ribuan massa sedang berdemonstrasi di depan Stasiun Gambir," kata seorang wartawan televisi TVOne dengan gagahnya.

Tapi dia yang berulang kali menyebutkan kata- kata "ribuan massa" lupa atau tidak sadar atau bahkan bisa tak mau tahu bahwa ada yang salah dalam laporannya.


Kata masssa-- jika dilihat di kamus Bahasa Indonesia yang mana pun juga--sudah berarti orang dalam jumlah yang besar atau banyak. Karena itu, bisa dipastikan bahwa kata-kata "ribuan massa" sudah menyalahi aturan bahasa persatuan di Tanah Air.

Metro TV pada Senin sore (17/1O/2016) memberitakan bahwa sejumlah sopir bus di Yogyakarta berunjuk rasa untuk menuntut perbaikan nasib mereka yang tentu saja berarti mendesak kenaikan upah atau gaji. Apanya yang salah dalam berita itu? "Belasan armada bus berunjuk rasa ...," kata sang pelapor berita.

Entah mengerti atau tidak paham, sang wartawan seharusnya tahu bahwa kata "armada" itu sudah berarti jamak, sehingga belasan bus itu sudah pasti merupakan satu armada.

Metro TV semakin sering menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris untuk memberi nama pada acara-acara mereka. Lihat saja misalnya "Good news today" atau " news story insight" ataupun "I'm possible".

Penggunaan kata-kata asing itu pantas dipertanyakan apalagi menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda yang intinya adalah Berbangsa Satu Bangsa Indonsia: Bertanah Air Satu Tanah Air Indonesia' serta "Satu Bahasa Bahasa Indonesia".

Beberapa penyiar stasiun televisi seolah-olah ingin sengaja memperlihatkan " kehebatan atau kemampuan" mereka berbahasa Inggris.

Ada seorang wanita penyiar beberapa hari lalu dengan santainya berkata" surprisingly". Apakah sang wanita ini tidak sadar bahwa di dalam Bahasa Indonesia ada beberapa kata padanannya seperti "mengejutkan" atau " alangkah hebatnya'."

Para wartawan atau redaktur di Metro TV mudah-mudahan tidak akan pernah lupa bahwa pada 28 Oktober tahun 1928 itu, ada tekad dari para pemuda Indonesia untuk mengakui bahwa di Tanah Air hanya ada satu bahasa resmi yakni Bahasa Indonesia.

Di Trans7 terdapat acara Hitam Putih" yang dibawakan Deddy Corbuzier. Sang pembawa acara ini hampir tidak pernah ragu " bercas cis cus"alias berbahasa asing, yang lagi-lagi bahasa Inggris. Orang ini yang disebut-sebut memiliki angka IQ yang tinggi baru-baru misalnya pernah berujar" thank you Delon" dan kemudian berkata" ada seorang polisi yang ingin perform".

Bahkan, tak jarang, Dedddy memberikan petuah, nasehat atau komentar yang panjang dalam bahasa Inggris untuk memperlihatkan bahwa dia sangat menguasai bahasa asing sehingga mungkin ingin dipuji.

Orang asing Di London baru-baru ini, berlangsung sebuah diskusi tentang Bahasa Indonesia yang antara lain pembicaranya adalah pemilik sekolah dan penguji Bahasa Indonesia "Cambridge International Exam" Geoff Roberts.

Dia mengatakan kalau di dalam Bahasa Indonesia ada kata-kata yang sepadan atau kurang lebih sama artinya dengan bahasa asing itu, maka sebaiknya dipakai kata-kata dalam bahasa nasional di Tanah Air.

Jika contoh-contoh di atas menggambarkan banyak media massa yang "merusak" Bahasa Indonesia, maka ternyata ada juga lembaga pemerintah yang "hobi" berbahasa Inggris misalnya Badan Ekonomi Kreatif. Pada tanggal 10 Oktober, Badan Ekonomi Kreatif ini mengeluarkan siaran pers yang jika diliahat sangat atau cukup mengejutkan karena dipenuhi bahasa Inggris.

Di situ ada kata- kata yang bisa disebutkan tak akrab dengan orang awam seperti "stratup' kemudian "talent development, serta "fase pre-incubation". Kemudian, ada kata-kata "kolaborasi" serta "platform".

Ternyata tidak hanya media massa yang mempengaruhi rakyat dengan kata-kata asing tapi juga instansi pemerintah. (Antara).*

contoh iklan

0 comments:

Post a Comment